“Book Descriptions: Di saat tradisi puisi Indonesia sudah terlanjur fasih mengungkapkan haru-biru manusia melalui lanskap alam yang lirih, Selamat Malam, Kawan! berupaya mendendangkan kegetiran kaum pinggiran berhadapan dengan realitas yang amburadul, kekuasaan yang eksploitatif dan abai, serta solidaritas antar manusia yang rentan. Tidak lagi suntuk dengan keluasan langit, keagungan gunung, kesedihan hujan, akan tetapi bermain-main dengan karburator dan knalpot motor trondol, rumah kehabisan token listrik, serta berbagai kata-kata umpatan yang pahit namun segar. Antara yang sublim dan yang banal, yang merdu dan yang sumbang, balap-balapan untuk mengantarkan pembaca ke daerah perbatasan.
Dunia yang penuh sumpah serapah, seperti dalam buku Selamat Malam, Kawan!, bukanlah tempat untuk membebaskan diri dari segala jenis keluhuran. Sebagai makhluk yang tidak bisa sendiri selamanya, manusia tetap membutuhkan kesetiakawanan dan keintiman dengan sesamanya. Di situlah kita belajar untuk tetap saling menopang satu sama lain apalagi ketika kehidupan telah menggasak kita jatuh ke dasar jurang peradaban yang gelap.
Selamat Malam, Kawan! menyodorkan balada yang menyapa dan merangkul, dengan akrab, simpatik, penuh solidaritas, segala yang banal, hina, serta kotor sebagai metafora untuk suara-suara dari dunia yang babak belur.