“Book Descriptions: Gathak dan Gathuk kelimpungan. Tanah Air mereka, Giri, telah tumpas diganyang Mataram. Bahkan junjungan mereka pun, Raden Jayengresmi—keturunan Sunan Giri Perapen—pergi entah ke mana. Gathak dan Gathuk galau. Mereka tak tahu harus mulai mencari dari mana. Tiba-tiba, Petruk terbang di atas sekerat tempe dan tahu untuk memberi petunjuk. Mereka harus berjalan ke barat. Perjalanan mereka rupanya penuh warna. Bahkan, sempat-sempatnya diundang masuk studio televisi untuk syuting acara talkshow yang tersohor se-Nusantara. Gara-garanya, seluruh warga ikut termehek-mehek menyaksikan si kembar yang tampak frustrasi mencari tuannya. Untung tak lama kemudian, Raden Jayengresmi ketemu. Jayengresmi, keindahan dari segala sesuatu yang indah, telah memikul nama baru: Ki Amongraga, ia yang menggembala raganya.
Tok ... tok ... tok ....
***
Dalam tradisi dakwah di Jawa, ada satu tahap tersukar untuk menjadi kiai. Tahap tersebut adalah mendiamkan dunia berlangsung apa adanya, tanpa main larang ini-itu, sebagaimana sikap Musa terhadap segala kelakuan aneh bin ajaib Nabi Khidir. Akan tetapi, saya tak kuat untuk berpuasa diam dan membiarkan siang berpasangan malam di alam semesta, sebagaimana “baik” dan “buruk” berpasangan demi keberlangsungan hidup. Saya bisa berpuasa makan dan minum. Namun, menghadapi dinamika sosial masa kini, saya tak mau melakoni tapa bisu. Dan, demi tatanan masyarakat yang perlahan bobrok akibat korupsi ini, saya akan bicara dengan meminjam Serat Centhini. Selamat menikmati.” DRIVE