“Book Descriptions: Kenapa kita justru lebih akrab dengan istilah oral sex, sepong, blowjob, masturbasi, atau threesome ketimbang herpes simplex atau smegma? Bisa jadi karena kita kelewat menikmati seks ketimbang memaknainya. Kita melakukan seks tetapi menabukannya.
Perbincangan perihal seks selalu dibalut dengan teks-teks kitab suci atau norma adat yang terkadang membuat kita gagal mendapatkan pengetahuan seks secara maksimal. Kita jadi lebih mengenal seks sebagai peristiwa pemuasan nafsu belaka, bukan lagi peristiwa biologis nan sakral yang tanpanya umat manusia tak mungkin melanjutkan kehidupan.
Sebaiknya kita menormalkan perbincangan mengenai seks sebagaimana pembicaraan mengenai kopi, rokok, dan obrolan-obrolan ringan lainnya. Sebab seks bukan sekadar pertemuan kelamin, melainkan juga hubungan antarmanusia yang sakral; dua tubuh menyatu, bergesekan, berpeluh, demi meraih puncak kenikmatan yang setara dengan melihat tuhan. Walaupun tidak bisa ditampik, ada saja orang yang menyamakan seks dengan pakaian—dapat diganti sesuka hati.
Sebab Kita Semua Gila Seks tidak hadir sebagai bacaan serius nan ilmiah yang memaksa pembaca mengerutkan kening. Isinya pengalaman sehari-hari dari peristiwa yang enggan kita bicarakan tetapi sejatinya pernah atau akan kita kerjakan. Tak ada yang ditutupi atau dimanipulasi. Sebab kita semua, tak peduli latar belakang atau penampilan, membutuhkan seks. Mungkin juga menggilainya.” DRIVE