“Book Descriptions: Haniyah mencintai pohon-pohon cengkih, karena tanaman ini bisa berbagi kehidupan dengan tanaman-tanaman lainnya.
...
"Tubuhmu harum cengkih," kata Ala. "Saya dilahirkan dan mati di dalam hutan cengkih."
...
Di luar Rumah Teteruga, angin utara berembus dingin, kering, dan kencang, menggoyangkan ranting-ranting pohon gandaria dan matoa, menimbulkan suara gesekan di dinding rumah. Ala teringat kata-kata Ido, "Ada orang-orang yang tumbuh kejam dalam kehidupan ini, mereka tidak digelayuti rasa bersalah dan memiliki hasrat melahap yang tak pernah surut, mereka sungguh menakutkan ketimbang hantu dan hewan-hewan buas."
***
Dengan pelukisan suasana dan tradisi lokal yang kuat, pemberian karakter yang wajar dan hidup, naskah ini mengedepankan warga desa yang sederhana dalam hidupnya, di tengah pelbagai masalah yang merundung mereka. Novel etnografis ini tidak terjebak untuk sok eksotis, tetapi tampil wajar, termasuk tuturan bahasa Indonesia rasa lokal khas masyarakat setempat.
-Catatan juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019” DRIVE