“Book Descriptions: Membicarakan Mahmoud Darwish seperti membuka lembaran-lembaran sejarah pengharapan dan perlawanan bangsa Palestina terhadap pendudukan Israel sejak 1948. Dua kosakata: perlawanan dan pengharapan dipilih dengan sengaja karena keduanya menggambarkan kondisi riil bangsa Palestina: mereka tidak mau takluk dan memiliki pengharapan. Mereka memahami dengan baik pentingnya makna martabat di tengah kekerasan brutal Israel yang menjadi keseharian mereka.
Puisi-puisi Darwish adalah salah satu suara paling jernih bangsa Palestina. Perlawanan dan pengharapan dapat juga dijadikan sebagai periodisasi arbirter terhadap puisi-puisi Darwish.
Kami memandang wajah mereka yang akan mencampakkan anak-anak kami Dari jendela terakhir ini: bintang-bintang kami menggantung cermin-cermin Ke mana kami harus beranjak (lagi) setelah mencapai perbatasan terakhir? Ke manakah burung-burung akan terbang setelah langit terakhir?” DRIVE