“Book Descriptions: Tubuh-puisi dikonstruksi sebagai ranting-ranting sejarah dengan daun dan akarnya yang belum pasti. Dahannya: kepercayaan atas Bahasa yang akut. Ibe S. Palogai di antara sebagian penyair yang menjadikan puisi sebagai suara performatif sejarah lokal ke tubuh masakini. Mencari dan memetakan waktu sebagai "durasi kreatif" antara masalalu dan masakini, kadang ikut terjerembab ke dalam sejarah sebagai "berita hoax" yang asal-usulnya berlangsung dalam penebalan historisisme sebagai ideologi nasionalisme lokal.
Salah satu ungkapan dalam puisinya: bukankah liang kubur diletakkan di sampul buku agar kau tak keliru menebak ke mana rantau membawa kekasihmu � yang ditutup dengan tanda tanya (?), merupakan semiotika sejarah yang dipasang dalam tubuh puisi sebagai semacam "ranjau" untuk pembaca memposisikan diri pada batas teritori di luar dan di dalam makna." Afrizal Malna - penyair” DRIVE