“Book Descriptions: Dalam puisinya, penyair ini membiarkan alusi menjadi alusi, tidak ketakutan kemudian menjadikannya sekadar catatan kaki, atau malah tergoda menjadikannya bahan pamer. Di sana-sini juga muncul empati sosial yang dideskripsikan dengan lembut. Pengendapan emosi, intensitas, dan kesubliman merupakan kekuatan manuskrip ini di samping kemampuan berbahasa yang baik. —Dewan Juri Sayembara Manuskrip Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015
Puisi-puisi karya Purnama selalu bagai jalan berkelok yang ditumbuhi beragam tanaman hias di kanan-kirinya. Pada setiap kelokan kita menemukan kejutan, yang membawa kita pada pemandangan mengagumkan. —Putu Fajar Arcana, Redaktur Budaya Kompas Minggu, penyair, dan cerpenis
Di dalam seagian besar kumpulan sajak ini, Purnama Sari mengajak kita untuk keluar dari tradisi etno- dan ego-sentris dari kebanyakan penyair Bali modern: bukan diri yang dibicarakan, dan diajak merasakan, tetapi "yang lain". Si "lian" itu dirangkul di dalam ruang yang beda, status sosial yang beda, atau politik dan budaya yang beda. Tetapi justru karena diakui sebagai "beda", "kelianan" itu hilang dengan sendirinya, larut di dalam kebersamaan Sang Manusia. —Jean Couteau, Budayawan dan kritikus seni” DRIVE