“Book Descriptions: Baik Dago ataupun Mentari tidak pernah menyangka jika mereka akan duduk bersisian di kursi persidangan, untuk bercerai. Mereka tidak pernah mengira jika mereka menikah hanya untuk berpisah, sebab seperti puisi yang pernah Mentari tulis untuk Dago. “Aku ingin menua dan mati di dekapmu.” Itu yang mereka harapkan.
Tapi hari itu, perpisahan sudah di depan mata. Seluruh perjalanan berliku yang telah mereka lewati bersama kini nyaris selesai di ujung jalan. Dago dan Mentari harus saling melambai dan melanjutkan perjalanan masing-masing karena jalan berbeda yang telah mereka pilih. Namun, sebelum jalan itu benar-benar usai dan mereka sampai di persimpangan, Dago bertanya pada Mentari. “Did you still love me?”
Pertanyaan itu membuat langkah kaki Mentari berhenti, matanya menerawang pada jalanan panjang di depannya, tiba-tiba dia merasa takut. Apa sanggup Mentari berjalan seorang diri tanpa Dago di sisinya?” DRIVE