“Book Descriptions: Ekal menulis narasi perihal Ayah ini pada hari keempat puluh setelah kepergiannya. Ekal mencoba untuk mencerna semuanya secara perlahan-lahan. Teramat perlahan. Bagi anak usia dua belas tahun, ditinggal mati oleh kedua orangtua dalam waktu yang hampir berdekatan... rasanya bagai tinggal di dalam sebuah neraka. Susunan demi susunan ini, Ekal tulis di kursi bambu yang beberapa bulan lalu masih sering Ekal duduki bersama Ayah, bermain gitar bersama, bernyanyi, bercanda gurau, membahas masa muda Ayah, membahas sekolah Ekal dan juga banyak hal yang sudah kami lewati, bahkan mimpi dan angan-angan indah yang sudah Ayah dan Ekal coba rangkai bersama untuk masa depan kelak. Ayah. Ekal mulai bertanya-tanya tentang masa depan. Apakah Ekal dapat bertahan tanpa kalian? Bertahan atau menyerah, hanya itu lah pilihan yang Ekal miliki. Jadi, bisakah anak dua belas tahun itu bertahan ... sendirian?” DRIVE