Berurai air mata, Supardi meluruskan tegak pintu lemari di hadapannya. Kedua tangannya mencengkeram kuat sisi kiri dan kanan daun pintu. Lambat tapi pasti, ia mulai merasakan getaran hebat pada tangannya. Pintu lemari itu mendadak bagai ditarik tangan-tangan gaib, dibetot ke kiri-kanan, lalu ditekan dengan kuat dari atas. Namun Supardi tetap mempertahankannya sekuat tenaga, sampai bagian bawah daun pintu melesak beberapa inci ke dalam tanah.
Lalu tubuh Supardi mendadak terlempar oleh tamparan gaib yang keras dan menyakitkan.Meninggalkan pintu lemari yang tetap kokoh di tempat semula.Sinar mata cemerlang sosok Sukaesih pada ukiran di permukaan daun pintu telah berubah menjadi sinar hitam kemerahan. Sinar kedengkian. Begitu pula senyum manis di bibir wanita itu, telah berubah menjadi seringai kejam yang menebarkan benih-benih kebencian!” DRIVE