Kekasih Musim Gugur
(By Laksmi Pamuntjak) Read EbookSize | 29 MB (29,088 KB) |
---|---|
Format | |
Downloaded | 696 times |
Last checked | 16 Hour ago! |
Author | Laksmi Pamuntjak |
Kekasih Musim Gugur adalah kisah dua perempuan, Srikandi (Siri) dan Dara. Yang satu seorang seniman kosmopolitan, yang satunya lagi seorang aktivis politik. Siri adalah anak Amba dan Bhisma, tokoh utama novel pertama Laksmi Pamuntjak, Amba.
Setelah bertahun-tahun mengembara di pelbagai kota di dunia—London, New York, Madrid—Siri memutuskan hidup di Berlin untuk menghindar dari masa lalu keluarganya. Tak disangka, sebuah berita mengejutkan memaksanya pulang ke Jakarta. Di tanah air, Siri harus menghadapi realita keluarganya yang pedih, ditambah dengan jalin-kelindan kompleks antara seni rupa, politik, dan sejarah, terutama ketika salah satu pamerannya dihujat dan dilarang karena dianggap melanggar susila.
Dalam pergulatannya, Siri harus memaknai ulang hubungannya dengan ibunya, Amba; dengan mantan sahabatnya, Dara; dengan anak tirinya, Amalia; dan dengan sejarah bapak kandungnya yang kelam.
***
“Ada melodi yang liris dalam cara Laksmi Pamuntjak bertutur, rangkaian kata yang sesekali mengalun dan kali lain mengentak. Memasuki ruang-ruang interior para karakter di Kekasih Musim Gugur seperti dituntun ke sebuah museum seni. Kadang anggun, kadang liar, tetapi hampir selalu elegan.”—Dee Lestari, penulis.
“Sejak halaman pertama, ketika Srikandi menyatakan ia memiliki dua bapak, kita tak akan bisa berhenti membaca novel ini hingga halaman terakhir….” —Leila S. Chudori, penulis dan wartawan.
“Novel Laksmi ini sempurna menangkap tegangan kompleks hubungan antar-individu; dendam-rindu, benci-cinta, dalam sejarah keluarga yang dibayangi luka politik, dan bagaimana seni rupa menjadi strategi yang membebaskan. Dengan kepiawaiannya berkisah, Laksmi menyeret kita masuk dan melihat luka itu sebagai luka kita sendiri.”—Nezar Patria, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post.
“Novel ini merupakan satu langkah dalam pencapaian Laksmi sebagai sosok penting dalam pertumbuhan sastra ....”—Sapardi Djoko Damono, penyair, penulis.”